Telah Hilang
Hening.... Tidak ada yang berbicara.
Samuel termenung dengan Felly dalam pangkuannya, di sampingnya Kevin
menundukkan wajahnya dengan mimik sedih dari beberapa jam yang lalu
tiada henti hingga sekarang. Nico datang dengan membawa satu krat
minuman kaleng dari vending machine yang berada di akhir lorong rumah
sakit tersebut. Markus dengan sigap membuka satu kaleng minuman, dan
memberikannya kepada Putra.
Putra yang malang.
Paulo adalah orang yang paling terakhir mendengar kabar itu. Dia
berlari disepanjang koridor rumah sakit, dengan Lita disampingnya. Masih
segar dalam memorinya, bagaimana dia menyombongkan kepada mereka semua
bahwa Lita adalah gadis idaman yang menjadi pacar pertamanya semasa
hidupnya. Seketika rasa bahagia itu sirna ketika mendengar kabar
mengejutkan itu.
Nyatanya ketika mendengar kabar bahwa Ayah Putra mendapatkan serangan
jantung, dia langsung memacu motornya diatas rata-rata hanya untuk
menjadi orang yang pertama menemani Putra melalui masa sulitnya.
“Kenapa orang baik selalu meninggal lebih dahulu?” pertanyaan itu
terlepas di udara, kata-kata pertama yang terucap dari bibir Putra
setelah kepergian Ayahnya. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara.
Juflin tidak banyak berbicara. Dia bukanlah orang yang dengan
gamblangnya bisa menujukkan afeksinya terhadap seseorang. Tapi ketika
mendengar kabar kepergian Ayah Putra, dia berjalan ke sudut ruangan dan
menatap Putra dari kejauhan, menyebunyikan matanya yang telah memerah.
Juflin mengambil satu ikat bunga yang berada di ujung ruangan itu, dia
menatap Putra untuk beberapa saat sebelum suaranya memecah keheningan
disana. “Ketika kamu sedang berada di taman, bunga yang mana akan kamu
petik?” tanyanya dengan suara yang tenang. Dia mengambil setangkai bunga
yang paling indah dari buket yang tadi dibawanya, dan menyerahkannya ke
dalam tangan Putra.
Putra menatap bunga itu untuk beberapa saat lalu tersenyum kearah
Juflin. “Satu-satunya yang paling cantik” jawabnya sambil memeluk
tangkai bunga itu dan mulai menangis. Air mata yang ditahannya sejak
beberapa jam yang lalu akhirnya meluap.
“Dia berada di tempat yang lebih baik sekarang. Tidak peduli apa yang
kamu percaya. Tapi untuk kali ini percaya padaku.” Setelah mendengar
kata-kata itu, dia merasakan tangan Juflin menggenggam tangannya dengan
erat. Itulah pertama kalinya Juflin menunjukkan kepada mereka, bahwa
selama ini dia sangat menyayangi mereka semua.
Lita menatap Paulo yang masih berdiri disampingnya, memandangi
teman-temannya kini tengah memeluk Putra. “Kenapa Tuhan mengambil
orang-orang yang sangat kita cintai?” tanya Paulo dengan terisak. Lita
mengalihkan pandangannya kepada Paulo, ketika mendengar pertanyaan dari
pria itu.
“Kamu tinggal cukup lama di dunia ini, saat ini kamu kehilangan orang
yang kamu cintai , sekarang kamu belajar untuk menghargai kenangan yang
kamu miliki. Semuanya tampak tak adil bagimu saat ini tapi faktanya
Tuhan lebih sayang kepada dia karena Tuhan tidak ingin dia merasakan
sakit di dunia ini dan kelak suatu hari nanti kitapun juga akan
menyusul.”
Dia tidak pernah berfikir bahwa Lita akan menjawab semua pertanyaannya
dengan begitu dewasa. “Mengapa manusia meninggal, Lita?” tanya Paulo
kembali. Lita kembali menatap Paulo, sebelum menjawab pertanyaan pria
itu dengan senyumannya yang menenangkan. “Karena beberapa harus
meninggal, sehingga orang lain dapat hidup,Paulo.” Katanya. Paulopun
menerima jawaban itu dengan baik. Dia tidak bisa berkata apa-apa
sekarang dia hanya berduka dan sambil berusaha menenangkan hatinya
sendiri.
Mereka katakan orang-orang datang dan pergi. Tetapi faktanya adalah
tidak satupun menghilang dari kehidupan kita. Orang-orang tidak pernah
benar-benar pergi, hanya wujudnya yang berubah.
Ketika Ayahmu meninggal secara tiba-tiba, kamu akan menghabiskan waktu
hanya dengan bertanya-tanya jika itu hanya sebuah kesalahan. Tetapi aku
percaya bahwa cinta kita tidak pernah pergi. Mereka berjalan disamping
kita setiap hari, tidak terlihat, tidak terdengar, tetapi selalu ada di
dekat kita. Tetap mencintai, tetap rindu dan tetap sayang. Aku cinta
kamu Ayah, di dalam hatiku kamu selalu hidup selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar